Intelijen Korsel: Tidak Ada Bukti Kim Jong Un Operasi Jantung

IDNPRO.CO, Jakarta – Lembaga intelijen Korea Selatan menyangkal spekulasi pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menjalani operasi kardiovaskular atau dalam kondisi kritis.

National Intelligence Service (NIS) mengatakan mengatakan kepada anggota parlemen dalam rapat tertutup bahwa Kim Jong Un telah muncul ke publik 17 kali sejauh ini selama tahun ini, karena fokus pada urusan dalam negeri dan dampak pandemi virus corona.

“Setidaknya, diperkirakan bahwa Kim Jong Un tidak menerima operasi atau prosedur medis yang berkaitan dengan hatinya,” kata Kim Byung-kee dari Partai Demokrat yang berkuasa, dikutip dari Yonhap, 6 Mei 2020.

Ketidakhadiran Kim Jong Un pada acara penting 15 April yang menandai kelahiran kakeknya sekaligus pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, menimbulkan spekulasi bahwa Kim Jong Un sakit parah seperti dilaporkan Daily NK dan CNN.

Namun, media pemerintah Korut melaporkan pada Sabtu kemarin Kim Jong Un ikut dalam acara peresmian pabrik pupuk disertai foto-foto dirinya sedang menggunting pita.

Intelijen Korsel mengatakan penampilan publik Kim Jong Un setahun ini mewakili penurunan 66 persen dalam rata-rata 50 penampilan publik di tahun-tahun sebelumnya.

“Bahkan ketika Kim tidak muncul di depan umum, dia mengelola urusan negara seperti biasa,” kata NIS.

NIS tidak mengesampingkan kemungkinan adanya wabah Covid-19 di Korea Utara.

Pyongyang mengklaim tidak ada infeksi virus corona, tetapi telah mengintensifkan upaya pencegahan dengan memperketat perbatasannya dengan Cina.

Dikutip dari Reuters, Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yeon-chul, yang mengawasi urusan Korea Utara, mengatakan hilangnya Kim Jong Un di depan umum tidak lazim karena negara itu telah mengambil langkah-langkah tegas untuk mencegah wabah.

“Tidak dapat disangkal bahwa ada wabah di Korea Utara,” kata anggota parlemen Kim Byung-kee. “Kim Jong Un telah fokus pada konsolidasi urusan internal seperti pasukan militer dan pertemuan negara-partai, dan kekhawatiran virus corona semakin membatasi aktivitas publiknya.”

NIS juga mengatakan Korea Utara telah memulihkan penggunaan dolar AS untuk mata uang asing utama dari euro, karena dolar AS lebih banyak beredar di pasar.

Pada awal 2000-an, Korea Utara memilih euro sebagai mata uang asing utama dalam upaya untuk menahan diri atas sanksi ketat Washington terhadap Pyongyang dan meningkatkan perdagangan dengan Eropa.(*)

Tempo.co

Exit mobile version
https://idnpro.co/