Keluarga Santri Kediri Tak Puas Rekonstruksi: Jangan Ada yang Ditutupi

Ilustrasi. Keluarga santri yang tewas dianaya di pondok pesantren tak puas dengan rekonstruksi yang digelar di Mapolres Kediri. (foto: cnnindonesia)

IDNPRO.CO, SURABAYA – Keluarga santri Bintang Balqis Maulana (14) yang tewas akibat dianiaya empat orang senior sesama santri di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyyah Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, mengaku tak puas dengan hasil rekonstruksi kematian korban.

Polres Kediri Kota telah menggelar rekonstruksi tewasnya santri asal Glenmore, Banyuwangi itu di mapolres. Setidaknya ada 55 adegan yang diperagakan. Rekonstruksi berjalan tertutup karena alasan para tersangka masih di bawah umur.

“Iya, tidak puas, karena saya harus menyaksikan sendiri di TKP (tempat kejadian perkara),” kata Ibu korban, Suyanti (38), Jumat (1/3/24).

Suyanti mengatakan pihaknya menginginkan agar rekonstruksi dilakukan ulang di tempat kejadian sebenarnya, yakni di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyyah, bukan di mapolres.

“Iya, kalau saya [ingin rekonstruksi] harus diadakan di tempat kejadian perkara. Dan jangan ada yang ditutup-tutupi,” ucapnya.

Suyanti dan pihak keluarga pun berencana bertolak ke Kediri awal pekan depan. Ia berharap polisi mau memfasilitasi dan mengabulkan rekonstruksi ulang itu.

“Kedatangan saya ke Kediri hari Senin (4/3/24) harus ada rekonstruksi ulang di TKP dengan sebenar-benarnya,” ucapnya

Tak hanya itu, Suyanti juga menilai ada adegan yang kurang dari rekonstruksi itu. Yakni saat korban terakhir kali menghubunginya dengan perangkat telepon pondok, sebelum meninggal.

Tak hanya itu, dia juga meragukan fakta rekonstruksi yang menyebut para tersangka hanya berbekal tangan kosong saat menganiaya anaknya.

Pasalnya, kata Suyanti, selain luka dan lebam di kepala serta tubuh bagian atas jenazah anaknya, terdapat juga banyak luka sundutan rokok di kaki korban. Hal itu ia lihat sendiri.

“[Pelaku hanya pakai tangan kosong] sangat-sangat bohong sekali. Soalnya yang saya tahu, saya lihat di kaki anak saya ada sundutan rokok,” ujar dia.

Kini, Suyanti hanya ingin ada titik terang di kasus kematian anak ketiganya ini. Ia juga berharap para pelaku dihukum setimpal.

“Mudah-mudahan ada titik terang, saya tidak mau menambahi dan mengurangi, karena dengan kepergian anak saya itu sudah membuat saya sakit sekali,” ucap dia.

“Saya ingin dihukum berat semua pihak tersangka dan yang menutup-nutupi kejadian ini,” tambah Suyanti.

Sebelumnya, Polres Kediri Kota bersama kejaksaan menggelar rekonstruksi kasus penganiayaan maut Bintang di Mapolres Kediri secara tertutup, Kamis (29/2/24). Reka adegan diperagakan oleh keempat tersangka yakni MN (18), MA (18), AF (16) dan AK (17).

Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengatakan, rekonstruksi itu total memeragakan 55 adegan. Dalam rekonstruksi itu juga, terungkap Bintang dianiaya selama tiga hari hingga akhirnya tewas. Korban mendapatkan kekerasan fisik dan pukulan dari para tersangka.

Keempat pelaku diduga menggunakan tangan kosong saat menganiaya korban. Pukulan dan kekerasan kebanyakan didaratkan di area setengah badan ke atas.

“Sementara [penganiayaan dilakukan] menggunakan tangan kosong, jadi benda tumpul yang sesuai dengan keterangan dokter menerima, sehingga terjadinya luka di tubuh korban,” kata Bramastyo.

Penulis: DelEditor: Redaksi
Exit mobile version
https://idnpro.co/