IDNPRO.CO, Jakarta – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2020. Surat ini mengatur kriteria dan syarat perjalanan orang di masa adaptasi new normal.
Surat edaran tersebut disusun dengan maksud sebagai panduan perjalanan orang dalam masa adaptasi kebiasaan baru atau new normal menuju kehidupan produktif dan aman Covid-19.
Dalam SE tersebut dijelaskan setiap individu yang melakukan perjalanan orang dengan transportasi umum darat, perkeretaapian, laut dan udara harus memenuhi persyaratan.
Salah satunya yakni dapat menunjukkan surat keterangan uji tes PCR dengan hasil negatif. Hal itu diperlukan guna mencegah penyebaran Covid-19.
Namun, sejumlah warganet pun sangat menyangsikan mengenai mahalnya tes PCR daripada harga tiket kereta dan juga pada penerbangan.
“Kenapa mesti ada hasil tes rapid/pcr, itu mahal admin,,” tulis akun Twitter @hapit_cuapz.
Melengkapi jadwal KA sebelumnya, KA Serayu menjadi KA Jarak Jauh yg kembali beroperasi mulai, 12 Juni 2020.
Tata cara pembelian tiket & persyaratan calon penumpang, masih mengacu pada protokol & prosedur perjalanan KA di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).#KAINewNormal.
Dalam penanganan khasus covid 19 hanya berpikir jangka pendek dan kisaran provit, contohnya tes PCR yg sangat MAHAL.
“Bukan cuma tenaga medis yg gak bisa ketemu keluarga.. wong kere seperti Saya sdh lebih 3 bulan gak ketemu anak2 secara langsung.. sekarang udah ada tiket kereta murah, tapi harus tes pcr yg mahal..,” tulis akun @AjahAes dalam twitnya.
Lantas, apa itu tes PCR dan mengapa harganya mahal?
Wakil Direktur Pendidikan dan Diklit sekaligus Jubir Satgas Covid-19 UNS dr Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, tes PCR bertujuan untuk memeriksa ada atau tidaknya RNA virus corona penyebab Covid-19.
Selain PCR, ada juga Tes Cepat Molekuler (TCM) di mana metode pemeriksaannya menyasar ke RNA atau molekuler.
Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat usap melalui hidung. Selain dari hidung, sampel cairan tubuh untuk tes ini juga dapat diambil dari dahak.
Tonang menjelaskan, metode TCM dan PCR jika dibandingkan dengan rapid test adalah hasilnya yang lebih cepat diketahui.
“Sama-sama metode PCR. (PCR dan TCM) sama-sama memeriksa ada tidaknya RNA virus Covid. Bedanya, waktu cepat dan kapasitas terbatas,” ujar Tonang saat dihubungi Kompas.com, Jumat (12/6/2020).
Namun, karena pertimbangan waktu yang cepat, TCM juga dapat disebut Rapid Test Molekuler.
“Jadi, PCR itu memeriksa RNA Virus. Tes Antigen memeriksa protein virus. Tes antibodi, memeriksa protein yang dihasilkan tubuh karena bereaksi dengan antigen virus. Mana lebih akurat, masing-masing ada tempatnya,” ujar Tonang.
Menurutnya, tes PCR dan tes Antigen dilakukan untuk fase akut, di mana tubuh masih ada virus.
Sementara, tes antibodi untuk fase lanjut atau 1-2 pekan setelah terjadi infeksi.
Mahalnya PCR
Terkait komentar warganet yang menyebut tes PCR cenderung mahal, Tonang menjelaskan, ada beberapa faktor yang memicu biaya tes ini menjadi lebih tinggi daripada rapid test.
“Faktor yang membuat tes PCR begitu mahal yakni ada dua tahapan pemeriksaan PCR yakni ekstraksi dan PCR itu sendiri, reagennya mahal, alat-alatnya mahal, harus di lab dengan standar minimal BSL-2, SDMnya harus terlatih, dan risiko kerja yang tinggi,” ujar Tonang.
Oleh karena itu, pada beberapa tempat ada yang mematok harga sekali tes PCR sebesar Rp400.000 hingga jutaan rupiah.
Rapid test
Selain itu, Tonang menjelaskan, untuk rapid test terdiri dari rapid test antigen dan rapid test antibodi, serta Rapid Test Molekuler.
“Target Rapid Test Antigen, memeriksa Antigen virus Covid. Target Rapid Test Antibodi memeriksa Antibodi virus Covid. Jadilah ada 3 Rapid test kalau dilihat waktunya,” katanya lagi.
Kemudian, berdasarkan pemberitaan Kompas.com (16/4/2020, rapid test dipilih pemerintah guna mencari dengan cepat orang-orang yang berpotensi terinfeksi SARS-CoV-2.
Harapannya, dapat dilakukan tindakan semaksimal mungkin agar jangan sampai orang tersebut melakukan kontak dengan orang lain dan menularkan virus yang dibawanya.
Tetapi, yang perlu diperhatikan adalah proses rapid test masih membutuhkan pembuktian tes laboratorium atau PCR tes.
Adapun tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk mengukur kondisi antibodi seseorang yang melaksanakan tes tersebut.
Umumnya, antibodi dapat ditemukan ketika orang tersebut mengalami sakit.
Sebab, antibodi itu sendiri merupakan bentuk reaksi ketahanan tubuh yang berupaya melawan kuman atau organisme jahat yang masuk, termasuk virus corona. (*)
Sumber: Kompascom