Liga 1 Tak Jelas, Pemain Jual Beras hingga Jadi Satpam

(ist)

IDNPRO.CO, Batam – Sejumlah pemain Liga 1 2020 membanting setir dengan beralih profesi seperti berjualan hingga menjadi petugas keamanan demi bisa bertahan hidup setelah kompetisi dihentikan dan tidak memiliki kejelasan.
Saat ini Liga 1 2020 tiak bisa digelar setidaknya hingga awal tahun 2021. Kompetisi bisa dilanjutkan usai Pilkada yang digelar Desember nanti.

PSSI dan PT Liga Indonesia Baru harus menunda Liga 1 2020 hingga tiga kali, mulai Maret, September, dan terakhir pada Oktober setelah tidak mendapat izin dari kepolisian terkait situasi yang masih dalam pandemi virus corona.

Tanpa kompetisi, kelangsungan hidup sejumlah pemain terancam. Pemain pun harus memutar otak agar dapur tetap mengepul.

Terlebih lagi, wabah Covid-19 juga berdampak pada keuangan klub yang membuat pemain mendapat pemotongan gaji hingga 75 persen.

Dikutip dari AFP, Bagus Nirwanto menjadi salah satu pemain yang merasakan krisis karena pandemi virus corona. Setelah gajinya dipotong separuh, kapten PSS Sleman itu memilih menjual beras curah dan gula bersama istrinya.

“Saya sangat kecewa karena kompetisi ditunda. Kami sangat bersemangat dan berlatih keras untuk pertandingan pertama. Kami seharusnya diizinkan menggelar pertandingan tanpa penonton,” ujar Bagus dikutip dari AFP.

Menurut laporan, sebagian pemain memilih berdagang guna menyambung hidup, baik dengan menjual kue buatan sendiri dan minuman es kelapa kepada orang yang lewat atau makanan jalanan sederhana seperti sate ayam.

Namun AFP juga menyebutkan pesepakbola di Sumatera Utara harus bekerja sebagai satpam bank setelah kompetisi terhenti.

Bek Borneo FC Andri Muliadi harus membawa keluarganya kembali ke Aceh. Di kampung halamannya itu dia membantu mempromosikan bisnis kopi kecil mertuanya secara online.

“Kami semua panik ketika pandemi melanda. Saya tidak punya pilihan selain mencari cara alternatif menghasilkan uang untuk menghidupi keluarga saya selama masa sulit ini. Pemain harus menemukan cara lain untuk menghasilkan uang,” ucap Andri.

Andri juga menjelaskan, bisnis menyewakan peralatan hajatan ikut terdampak karena pandemi virus corona.

“Bisnis benar-benar terpengaruh sejak Maret setelah pemerintah melarang orang banyak, termasuk pernikahan. Semuanya sangat lambat,” tutur Andri.

Dalam kesempatan itu Andri juga menuturkan, bahwa program latihan yang diberikan klub terasa tidak optimal dalam situasi saat ini.

“Kami tidak bisa berkembang secara profesional kecuali ada kompetisi,” kata Andri.

Nasib berbeda dialami kapten Persib Bandung Supardi Nasir. Mantan pemain Sriwijaya FC itu justru mengaku kebingungan mencari sumber pemasukan lain.

“Saya benar-benar memutar otak untuk mencari cara bagaimana menghidupi keempat anak saya,” ucap bek sayap 37 tahun itu.

Tidak hanya pemain, pelatih klub-klub Liga 1 juga menyayangkan situasi ini. Pelatih Borneo FC Djadjang Nurdjaman menyebut tidak ada kepastian soal kompetisi membuat persiapan klubnya berantakan dan tidak masuk akal.

Sementara itu, Pelatih Persib Robert Rene Alberts menyatakan lamanya penundaan tidak saja berdampak pada pemasukan pemain, tetapi juga fisik dan mental mereka.

“Para pemain banyak melatih emosi, dalam persiapan mereka ingin jadi yang terbaik sepanjang waktu,” ucap Robert.

“Begitu Anda siap untuk sesuatu dan itu dibatalkan, lalu kemudian Anda bersiap lagi dan dibatalkan, jadi sangat sulit untuk meningkatkan setiap saat,” tutur Robert menambahkan.

Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan tidak membantah efek domino dari penundaan Liga 1 2020. Namun PSSI juga tidak bisa memaksa klub memberikan gaji penuh kepada pemain.

“Kompetisi dibekukan, dan ini memengaruhi pendapatan klub yang pada gilirannya memengaruhi pemain [gaji]. Tapi kami tidak bisa memaksa klub memberikan gaji penuh kepada pemain seperti dalam situasi normal,” ucap Iriawan.(cnnindonesia)

Exit mobile version
https://idnpro.co/