MASA depan suatu bangsa, sangat tergantung pada mutu sumber daya manusianya, dan kemampu an peserta didiknya, untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal tersebut dapat kita wujudkan, melalui pendidikan dalam keluarga, pendidikan masyarakat, maupun pendidikan sekolah.
Berbicara tentang Pendidikan di Indonesia, ada beberapa sistem yang dijalankan di antaranya;
Sistem pendidikan yang berorientasi pada nilai,sistem pendidikan terbuka, sistem Pendidikan beragam, sistem Pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu, serta sistem perubahan yang disesuaikan dengan zaman.
Bulan Juli, adalah merupakan awal dimulainya tahun ajaran baru bagi dunia pendidikan kita, yang terdiri dari; Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi.
Tahun ini, model pembejarannya agak berbeda proses pembelajarannya, dipindahkan dari ruang sekolah ke rumah. Merupakan salah satu sistem pendidikan yang baru diterapkan di Indonesia.
Bukan tanpa sebab, diberlakukannya sistem belajar di rumah tersebut, akibat dari dampak pandemi Corona Virus disease (Covid-19) sebagai langkah memutus penyebarannya. Olehnya pemerintah melalui mentri pendidikan memberlakukan pembelajaran di rumah.
Perkembangan teknologi saat ini cukup pesat, di tandai dengan era “Revolusi Industri 4.0”. Tentu sangat mempengaruhi segala aspek yang meniscayakan penggunaan ditigitalisasi, tak terkecuali dunia pendidikan.
Di masa pandemi Covid-19 ini, menerapkan pembelajaran daring adalah sebuah pilihan untuk mewujudkan pembelajaran dari rumah.
Bagi sebahagian sekolah, pembelajaran daring sangat baik untuk digunakan apalagi di kota-kota besar, yang padat penduduk dan kualitas jaringan telekominikasinya bagus.
Namun tak sedikit wilayah dengan kualitas jaringan telekomunikasinya belum memadai bahkan masih minim dengan alat komunikasi berupa Android akan mengalami kendala jika memaksakan menerapkan pembelajaran daring. Akibatnya pembejalaran tidak efektif.
Sebagai contoh di salah satu daerah pelosok, atensi belajar para peserta didik cukup tinggi. Guru-guru merancang penerapan di berlakukannya pembelajaran daring, hanya saja ide kreatif itu tidak serta merta terlaksana dan terealisasi dengan baik.
Mengingat masih minimnya pelajar yang memiliki gawai (Android). Di perparah dengan kualitas jaringan telekomunikasi yang buruk, sehingga penerapan proses belajar mengajar tatap muka di rumah peserta didik sebagai solusi kongkrit.
Dengan cara mendatangi kerumah-rumah siswa, para guru memetakkan skala pembelajaran di rumah, seperti membagi siswa dalam jumlah maksimal 3 orang disetiap kegiatan tatap muka per-rumah dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Hal ini bertujuan agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, juga untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Memang kegiatan mendatangi rumah peserta didik, bukanlah perkara mudah apalagi jika jarak tempuh rumah pelajar yang terbilang jauh. Tentu butuh perjuangan dan pengorbanan pendidik.Jika di lingkungan kampus, para mahasiswa meminta agar ditangguhkan biaya kuliah dimasa pandemi.
Berbeda halnya dengan para guru di pelosok yang menerapkan sistem belajar mendatangi ke rumah siswa, harusnya diperjuangkan agar supaya mendapat perlakuan khusus, minimal diberikan tambahan insentif atau dilengkapi kebutuhannya dalam mengajar.
Peran guru sangat dibutuhkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, terlebih dimasa pandemi dengan mendatangi ke rumah-rumah setiap siswa,tentu waktu dan tenaga mereka dimungkinkan lebih terkuras dari hari efektif sekolah seperti biasanya.
Belum lagi laporan progres pembelajaran yang mengharuskan untuk mengambil dokumentasi setiap tatap muka berlangsung.Hal ini juga harus menjadi perhatian serius, apalagi guru yang belum memiliki HP Android.
Jargon guru sebagai Pahlawan tanpa tanda jasa, jangan dijadikan sebagai patokan untuk tidak memberikan penghargaan lebih kepada guru, sebab tanpa guru kita bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.
Penulis E. Laris, Mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari