IDNPRO.CO, Brebas – Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Brebes beserta masyarakat Brebes menolak Radikalisme dan Terorisme di Indonesia. Penolakan tersebut diujudkan dalam bentuk penandatanganan komitmen dan pembacaan ikrar. Dalam ikrarnya, antara lain setia dan taat kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan menolak dengan tegas ajaran paham radikal dan terorisme yang mengancam keutuhan Bangsa dan NKRI.
“Kita harus membuat gerakan untuk menangkal radikalisme dan terorisme yang semakin nyata di sekitar kita,” ungkap Ketua PC Fatayat NU Nur Wahidah di sela Dialog Kebangsaan Cegah Ancaman Nyata Radikalisme dan Terorisme, di Aula Islamic Centre Jalan Yos Sudarso Brebes, Jumat (25/10).
Bukti nyata ancaman tersebut, kata Nur Wahidah telah viral dimasyarakat pelaku penusukan Jenderal (Pur) adalah warga Sitanggal Larangan Brebes, yang terpapar paham ISIS. Untuk itu, Fatayat berkewajiban memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk waspada dan mencegah radikalisme dan terorisme.
Paham radikalisme tak disangka sangat besar dan dasyat merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Padahal, Indonesia sebagai negara dengan kultur kebangsaannya yang rahmatan lil alamin, tetapi banyak pula warganya yang terpapar.
“Kita akan memberikan pemahaman pada para peserta tentang bahaya ancaman radikalisme, agar selalu waspada,” ujarnya.
Dikatakan Wahidah, secara marathon, pihaknya juga akan menggelar kegiatan serupa hingga ke Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU yang tentunya dengan menggandeng seluruh elemen masyarakat.
Seperti saat ini dengan menggandeng Forkopimda menghadirkan para pelajar, mahasiswa, instansi pemerintah, TNI, Polri, Gabungan Organisasi Wanita (GOW), tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Bupati Brebes menyampaikan, apresiasi pada keluarga besar Fatayat NU Kabupaten Brebes yang berinisiatif menyelenggarakan kegiatan dialog kebangsaan ini dengan menggandeng Polres Brebes. “Dialog Kebangsaan” tentang bahaya paham radikalisme dan terorisme menunjukkan tingginya rasa nasionalisme Fatayat NU Kabupaten Brebes.
“Setidaknya, akan memberikan pemahaman kepada masyarakat, para tokoh masyarakat, penggerak organisasi dan kaum milenial tentang bahaya dan ancaman radikalisme secara komprehensif,” ujar Bupati Brebes, Idza.
Idza menegaskan, bahwa pemberian pemahaman kepada generasi muda tentang bahaya radikalisme dan terorisme, merupakan langkah pencegahan yang sangat penting. Ancaman yang menyusup di balik perkembangan teknologi, melalui media sosial juga perlu diwaspadai perlu dicermati secara luas.
Selanjutnya Bupati Brebes beserta jajaran perwakilan Forkopimda dan juga para kepala OPD, keluarga besar Fatayat NU dan segenap komponen masyarakat Brebes menandatangani pernyataa sikap tolak paham radikalisme dan terorisme di Kabupaten Brebes.
Dalam dialog, mendatangkan mitra Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yakni eks Napiter Wartoyo alias Abu Samil alias Abu Toyo alias preman gendeng. Toyo menyesal kegiatan yang diikuti karena ketidakpengertian. Pembicara lain Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes KH Akrom Djangka Dausat MA, menjelaskan bahwa radikalisme itu ada dua, yakni radikalisme agama dan radikalisme politik.
Dialog dengan narasumber Mukminah dari Pondok Pesantren Al Hikmah Benda 2 Sirampog itu berlangsung hangat. Kegiatan ini mendapat sambutan yang hangat dari peserta. Mereka merasa senang dengan adanya kegiatan dialog kebangsaan ini.
Salah satu peserta memberikan apresiasi bahwa kegiatan ini dapat memberikan wawasan terhadap generasi muda terkait bahaya radikalisme. “Dengan wawasan ini generasi muda dapat terhindar dari paham yang bertentangan dengan NKRI,” beber Juli Wibowo salah seorang peserta dari Kecamatan Jatibarang.
Lebih dari 1000 undangan hadir dari tokoh masyarakat, agama, lintas organisasi masyarakat, lintas organisasi kepemudaan dan termasuk juga ibu-ibu Bhayangkari, Persit Kartika Chandra Kirana, dan ibu-ibu PKK.
Pada akhir kegiatan, peserta bersama-sama membacakan Ikrar menolak radikalisme dan terorisme yang disaksikan oleh Bupati dan jajarannya. (hms/arf)