IDNPRO.CO, Singapura – Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (27/4/2020), padahal pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Singapura diprediksi minus alias terkontraksi tajam di tahun ini.
Pada perdagangan pasar spot pagi ini, dolar Singapura sempat menguat 0,73% di Rp 10.852,44/SG$, posisi tersebut sedikit terpangkas menjadi 0,55% di Rp 10.833,4/SG$ pada pukul 10:22 WIB, berdasarkan data Refinitiv.
Kontraksi tajam ekonomi Singapura diprediksi oleh ekonom DBS Group Research, Irvin Seah, dalam sebuah riset yang dipublikasikan Senin ini (27/4).
Tidak hanya di tahun ini, bahkan hingga kuartal II tahun depan PDB diramal masih minus, dan akan menjadi yang terburuk sejak negeri ini merdeka 9 Agustus 1965.
Penyebabnya, penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) yang terus meningkat meski Singapura sudah menerapkan kebijakan lockdown atau yang disebut “circuit breaker”.
“Pertumbuhan PDB tahunan bisa turun di bawah -7% dalam dua kuartal mendatang, dan kemungkinan akan tetap berada di wilayah negatif hingga kuartal II-2021.
Ini akan menjadi tahun paling gelap bagi perekonomian Singapura sejak negeri ini merdeka,” tulisnya dalam riset yang dipublikasikan, Senin ini (27/4/2020).
Lebih penting lagi, tulisnya, seandainya Singapura gagal menahan penyebaran virus corona, bahkan setelah dilakukan perpanjangan lockdown (penguncian wilayah), dan ancaman gelombang kedua infeksi corona di seluruh dunia, pertumbuhan ekonomi dapat terjun lebih dalam lagi ke zona merah.
“Dalam skenario risiko seperti itu, pertumbuhan PDB tahun 2020 berpotensi turun hingga -7,8%,” kata DBS.
Guna meredam penyebaran Covid-19, Perdana Menteri Lee Hsien Loong memperpanjang kebijakan kebijakan “circuit breaker”. Seharusnya kebijakan tersebut berakhir 4 Mei, tetapi kini diperpanjang hingga 1 Juni.
Kebijakan tersebut mulai diterapkan pada Selasa (7/4/2020), warga diminta untuk tetap tinggal di rumah, dan sekolah-sekolah juga diliburkan sehari setelahnya. Hanya layanan penting seperti pasar, supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi dan perbankan yang diperbolehkan buka.
Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar Covid-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.
Tetapi setelahnya, Negeri Merlion menghadapi “serangan” virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) “mudik” setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.
Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga hari ini jumlah kasus tercatat lebih dari 13.624 orang, meroket dibandingkan pertengahan Maret lalu yang hanya 200-an.
Lantas kenapa dolar Singapura bisa menguat?
Dolar Singapura saat ini berada di level terendah dalam satu bulan terakhir, dan sepanjang bulan April hingga Jumat (24/4/2020) sudah merosot lebih dari 6%.
Dengan kondisi tersebut, dolar Singapura tentu terlihat murah bagi sebagian pelaku pasar, apalagi pandemi COVID-19 juga melanda Indonesia, dan jumlah penambahan kasus masih dalam tren naik. Sebagai mata uang negara emerging market, rupiah tentu dianggap lebih berisiko dibandingkan dolar Singapura, sehingga kurs dolar Singapura mampu menguat.
Sumber: CNBCIndonesia.com