WNI Ungkap Warga Rusia Masa Bodoh soal Perang hingga Harga Naik

Warga di Kota Moskow bersantai. WNI ungkap warga Rusia banyak yang masa bodoh soal perang. (Photo: cnnindonesia.com)

IDNPRO.CO, Jakarta — Warga negara Indonesia (WNI) yang kini berada di Rusia mengungkapkan situasi negara itu di tengah perang dengan Ukraina.

WawanIrawan, warga yang kini tinggal di Kota Yekaterinburg, bercerita bahwa kehidupan masyarakat di sana berjalan normal.

“Sejauh ini kondisi kehidupan masyarakat berjalan normal seperti biasanya, orang-orang masih menjalani aktivitas kegiatan belajar-mengajar, transaksi jual beli, semua sektor ekonomi berjalan layaknya kehidupan kota pada umumnya,” ujar Wawan saat diwawancara CNNIndonesia.com, Rabu (15/6).

Saat ditanyai soal respons penduduk terkait invasi Ukraina, ia mengatakan masyarakat cenderung masa bodoh.

“Terkait masalah invasi menuai pro dan kontra dari lapisan masyarakat itu sendiri, berdasarkan pengamatan saya masyarakat disini cenderung tidak begitu memikirkan masalah perang Rusia dan Ukraina ini dan lebih memilih untuk fokus terhadap kehidupan mereka sendiri, seperti pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya,” tuturnya.

Walaupun demikian, Wawan menyoroti kenaikan harga barang yang terjadi di Rusia kala perang.

“Pada awal invasi, kurs rubel semakin melemah, namun sekarang melalui berbagai kebijakan, rubel mulai menguat bahkan melampaui kurs normal sebelum terjadinya invasi. Namun barang masih di harga yang terbilang tinggi dibandingkan sebelumnya,” kata Wawan.

Wawan mengungkapkan beberapa barang yang kini naik di Rusia adalah susu, berang, makanan cepat saji, daging, sayuran, dan buah-buahan.

“Harga susu yang awalnya 50 rubel (Rp12 ribu) menjadi 69 rubel (Rp17 ribu). Makanan cepat saji seperti mie awalnya 20 rubel (Rp5 ribu) menjadi 30 rubel (Rp7 ribu). Harga ayam dari 200 rubel (Rp51 ribu) menjadi 250-300 rubel (Rp64-77 ribu). Beras 800 gram [dari seharga] 70 rubel (Rp18 ribu) menjadi 90 rubel (Rp23 ribu),” tuturnya.

Meski harga barang naik, Wawan mengatakan tidak ada fenomena panic buying atau penumpukan pembelian barang.

“Tidak, justru sebaliknya, orang orang jadi lebih hemat dan belanja seperlunya,” ujar Wawan.(*)

Sumber: cnnindonesia.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://idnpro.co/