IDNPRO.COM PELALAWAN – SD Negeri 007 di Desa Pangkalan Gondai, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan – Riau, diduga kuat lakukan Pungli (Pungutan liar). Pasalnya, pihak sekolah pungut biaya buku LKS atau Tema kepada murid dengan harga sebesar Rp.15.000 per-buku.
Tidak hanya itu, ternyata pihak sekolah SDN 007 tersebut juga fasilitasi pihak luar untuk menjual buku kepada murid.
Salah seorang orangtua murid bernama Sumardin Telaumbanua, mengaku kepada media ini bahwa telah membayar buku LKS atau Tema untuk anaknya yang sekolah di SD Negeri 007 Pangkalan Gondai.
“Saya bayar 15.000 rupiah untuk satu buku. Yang saya beli untuk anak saya 5 buku, harga yang harus saya bayar 75.000 rupiah,” ungkapnya beberapa waktu lalu.
Awak media juga ada beberapa warga orang tua siswa konfirmasi yg tidak disebut identitasnya katanya jangan disebut nama kami manatau nanti nilai anak anak kami diturunkan niali sekolah dan diakuinya mulai 2019 sampai 2020 ini.buku itu,dibeli bersatu buku sebesar rp.15.000 rupiah.
Ketika hal itu di konfirmasi kepada Kepala Sekolah (Kepsek) SD Negeri 007 Pangkalan Gondai, Yusmiati, diruang kerjanya pada tgl 6-8-2020 ia mengaku tidak menjual buku.
“Kami, masalah buku LKS saya pribadi tidak ada menjual buku,” ungkapnya kepada wartawan ketika dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Yusmiati menyampaikan bahwa buku yang dijual kepada murid tersebut adalah titipan dari pihak lain untuk membantu siswa belajar dirumah.
“Cuman, masalah buku LKS ini, orang itu menitip kemari. Pak Kamto dari penerbit media Pekanbaru. Mereka nitipkan untuk membantu siswa,” katanya.
Lanjut Kepsek, Maret dia nitipkan. Yang jelas, dia nitipkan kemari lewat pak Gunawan. Nitip untuk menjualkan buku itu, LKS, untuk membantu siswa.
Anehnya, walupun buku tersebut dititipkan pihak luar kepadanya dan pihak sekolah, Kepsek mengaku bahwa ia tidak tahu urusan jual beli kepada murid.
“Buku Tema. Tema 1, Tema 2. Kalau semester ini 4 biji (buku). Dia nitipkan ke sini. Yang urusan jual belinya saya nggak tau,” ucapnya.
Yusmiati juga mengaku bahwa tidak menyuruh dan memaksa wali murid untuk membelinya. Alasannya dengan adanya buku itu adalah untuk membantu siswa belajar dirumah dan memberikan tugas.
“Kami ndak menyuruh, ndak memaksa wali murid untuk membelinya. Boleh bapak tanyakan ke guru-guru, kami tak ada memaksa wali murid wajib membeli buku. Cuman kami membantu guru-guru ini membantu siswa untuk belajar dirumah, memberikan tugas-tugasnya,” tandasnya.
Pada saat dikonfirmasi, Kepsek wanita bernama Yusmiati itu terus-menerus mengaku tidak tahu masalah terkait buku yang dijual kepada murid.
“Yang membawa ke sini pak Gunawan. Saya nggak tau masalah buku itu bagaimananya, cuman kami di sekolah ini membantu wali murid. Kalau mau beli silahkan, nggak mau beli silahkan. Buku itu dibawa kembali oleh pak Gunawan,” terangnya lagi.
Anehnya lagi, walaupun telah berkali-kali mengaku tidak menjual buku dan tidak tahu urusan jual beli buku kepada murid tersebut, tapi Yusmiati tau berapa harga buku yang dijual kepada murid dan mengakui harga itu yang diberikan murid kepada guru.
“Memang mereka nitib di sini 15.000 ribu per-buku. Guru ngikutin harga itu dengan catatan tidak ada memaksa wali murid maupun murid untuk diwajibkan (membeli). Kalau mau anak belajar di rumah, kami hanya sekedar membantu,” katanya.
Ketika ditanya bagaimana dengan buku yang dibeli dengan Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan kenapa tidak itu yang digunakan untuk membantu murid belajar, ia menjawab, “kalau buku dari dana BOS, ada di pustaka sekarang”.
Cukup membingungkan, walaupun Yusmiati sempat mengaku tidak tahu urusan jual beli buku di sekolahnya itu, namun diakhiri konfirmasi ia mengaku mengetahui saat buku itu dititipkan.
“Namanya orang nitip sama kami, saya memang tau dia nitip itu,” pungkasnya.
Sungguh ironis, murid di SDN 007 Pangkalan Gondai, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan – Riau itu harus belajar dari buku yang dibeli dari pihak luar dan diperdagangkan di sekolah, bahkan pihak sekolah membantu menjualnya kepada murid. Sementara buku yang dibeli dari alokasi Dana BOS diletakkan pihak sekolah di perpustakaan.Redi.g